
Beberapa hari ini Yogya mulai dingin... dinginnya benar2 menusuk tulang dan mengganggu istirahat saya dan seluruh warga yang sedang tertidur lelap. Padahal esoknya badan ini akan kembali bekerja. Ada yang di kantor, di sawah, di pasar bahkan di rumah.
Saya jadi bertanya-tanya, ada apa nih kok Yogya seperti ini...? Belum cukupkah tidak adanya hujan belakangan ini mencoba kami?
Bangun pagi dengan kedinginan merupakan satu hal yang saya tidak suka. Tak cukup rasanya tidur semalam yang saya nikmati. Manalagi selimut sering pergi entah kemana.
Walhasil, hari ini kami telat semua bangunnya. Sampai mbak Tentrem yang biasa masak selesai jam 6.20, hari ini baru selesai 6.50! Sayapun sampai kantor lewat dari jam 8.00 dengan badan mulai linu-linu yang mudah-mudahan tidak lanjut menjadi flu dan sebagainya.
Lewat perenungan-perenungan dan mengingat-ingat masa-masa yang telah lewat, saya baru tersadar.. ini Bulan Juli!! Lho ada apa dengan bulan Juli? Jawab : Ada warga baru yang datang ke Yogya bernama mahasiswa. Jawaban yang aneh mungkin. Tapi coba perhatikan, kejadian ini selalu berulang tiap tahun, masanya ya pada bulan-bulan ini.. pada saat mahasiswa baru berdatangan ke Yogya. Kenapa begitu berkesan? Sebab saya mengalaminya. Juli-Agustus 1997... 11 tahun yang lalu. Anak mahasiswa baru bernama Muhammad Dedi Iskandar, menginjakkan kaki ke Yogya. Seolah ingin meng-ospek saya sebelum Ospek kampus dimulai, alam Yogya memberikan rasa dingin itu. Saya masih ingat waktu itu demam 3 hari karenanya dan saya masih harus cari makan ke warung sendiri, nyuci baju sendiri, dan... ke Puskesmas sendiri. Ahh.. kisah yang sangat indah, bukan begitu?
Labels: diary, unlabelled