Kemplang Pedes

Tuesday, May 27, 2008

Rumah dan Dilemanya

Rumah menjadi impian banyak orang. Tapi rasanya makin hari bukan makin mudah memiliki rumah. Gaji yang tidak seberapa, harga-harga kebutuhan pokok yangterus melambung dan tingginya biaya transportasi yang harus ditanggung jika bisa mendapatkan rumah. Bisa dipastikan para pegawai sekarang-sekarang ini "hanya" mampu membeli rumah yang semakin jauh dari pusat bisnis tempat kerja mereka.

Dengan penghasilan yang tidak jauh dari sekitar 1 jutaan untuk entry level, dan katakanlah dia menginginkan rumah layak huni berharga 100jt rupiah, maka jika dia mampu mengumpulkan 300rb/bulan, dia harus menabung lebih dari 7 tahun rutin tanpa dipakai untuk apapun, baru bisa mengumpulkan uang mukanya saja. Setelah selasai uang muka masih ada cicilan yang menanti untuk dibayar minimal 10tahun.

Ah, jadi seumur hidup hanya untuk membayar hutang? Kesempatan untuk memiliki rumah yang layak huni rasanya hanya menjadi hak orang-orang yang berduit saja. Banyaknya apartemen2 mewah yang mubazir di pusatkota, dengan harga melambung tinggi, menyulitkan begitu banyak orang untuk memiliki rumah. Adakah cara yang bisa di lakukan untuk menyelesaikan masalah ini? Jika penghasilan hanya satu juta rupiah, rumah yang bisa didapatkan akan jaaauhhh...sekali dari pusat kota, otomatis uang transport akan tinggi karena sulitnya mendapat transportasi murah dan nyaman plus cicilan rumah 300rb/bulan,hasilnya? Semakin sulit menabung. Sedangkan kebutuhan bukan hanya rumah, bukan hanya transport. Masih ada biaya pendidikan dll. (Semuanya adalah kebutuhan pokok). Tapi kita jangan lupa dengan biaya2 lain yang tidak bisa dinilai dengan uang.Semakin jauh rumah Anda, maka semakin sedikit waktu yang bisa Anda lewatkan dengan keluarga. Anda sulit melihat anak Anda tumbuh, mengenal tetangga, ataupun bersosialisasi di pengajian, gereja ataupun tempat anda beribadah karena sebegitu sibuknya untuk mendapatkan uang untuk membayar bunga bank di KPR. Jiwa akan semakin kering dan mati. Ini jelas lebih mahal biayanya daripada biaya perawatan rumah sakit manapun. Dengan itu semua, tidak adakah institusi pembiayaan yang bebas bunga, bebas membuat orang menikmati hidup yang cuma sekali di dunia ini? Saya pernah mendengar tentang arisan rumah di suatu kampung. Jadi di kampung itu, masing2 kepala keluarga akan menyumbangkan bahan2 bangunan yang akandikembalikan kepada yang memberi dengan jumlah yang sama. Masing2 diberi jatah untuk membeli kayu, semen, pasir, cat dll. Dengan sistem patungan seperti ini,masing2 kepala keluarga itu pasti akan mempunyai rumah. Bisakah orang2 bekerja sama untuk ini? Sistem ini cukup adil dan menentramkan banyak kepala keluarga. Karena suatu saat mereka pasti akan mempunyai tempat bernaung yang layak bagi keluarganya.

Atau ada ide lain?

Tulisan diatas merupakan kutipan. Karena suatu hal, informasi sumbernya hilang. Apabila suatu saat ada yang meng-klaim dokumen ini miliknya, saya mohon maaf dan dapat menghubungi saya. Karena saya pandang containnya layak dinikmati khalayak internet, maka saya mempublikasikannya di sini.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home